Rabu, 09 Juli 2008

TANGGA MIMPI...

Laki-laki yang pantas dikasihani
adalah dia yang mengubah mimpi
mimpinya menjadi emas dan perak

~Kahlil Gibran-Pujangga Lebanon~


Kepada siapapun yang masih punya mimpi,
Kepada merekalah kisah ini saya hadiahkan.

Saya pernah membaca kisah nyata dalam sebuah majalah. Kisahnya tentang seorang istri yang diam-diam, tanpa sepengetahuan suaminya menyisihkan uang belanjanya setiap bulan. Selang beberapa tahun, uang terkumpul banyak sekali. Lantas, baru cerita kepada suaminya atas tindakannya menabung selama ini. Suaminya kaget juga mendengar cerita istrinya. Lantas ditanya, untuk apa istrinya melakukan itu. Katanya, ia menabung karena untuk biaya naik haji.

Saya tersenyum, kagum dan haru membaca kisah tersebut. Saya membayangkan betapa bahagianya pada akhirnya bisa naik haji, yang barangkali itulah mimpinya saat dulu hanya bisa disimpan dalam hati. Dari cerita itu pula, saya jadi bisa mengambil sepercik pelajaran berharga tentang hakikat mimpi. Ya, untuk mewujudkan sebuah mimpi ternyata tidak cukup hanya dengan harapan kosong. Untuk mewujudkan mimpi kita perlu tangga. Kita sebuat saja itu tangga mimpi.

Calon orang besar dan hebat pastilah memiliki mimpi dalam hidupnya. Tanpa mimpi, apalah artinya hidup ini. Kita hidup hanya mengalir saja. Tidak ada gairah dan semangat untuk mengejarnya. Dengan adanya mimpi dalam diri kita, menjadikan hidup ini benar-benar nyala. Setiap hari, setiap bagun pagi, senantiasa tergerak untuk bersegera melakukan aktivitas-aktivitas demi sebuah mimpinya itu.

Seperti yang tersebut diawal, agar kelak kita bisa tersenyum binar, kita memerlukan apa yang disebut tangga mimpi. Artinya, jangan sampai kita membangun mimpi dengan awan kosong di langit tinggi. Membumbung, jauh diatas sana hingga kita tak pernah bisa menggapainya. Tangga mimpi adalah sebuah jalan. Jalan yang bisa mengantarkan kita pada cita-cita dan harapan kita selama ini. Kita mesti punya tangga mimpi itu, melewatinya secara bertahap, setahap demi setahap hingga kita mencapai puncak.

Seperti halnya sebuah tangga, ia mempunyai banyak anak tangga. Semakin tinggi puncak yang akan kita raih, biasanya memang kita memerlukan semakin banyak pula anak tangga yang perlu kita buat. Tangga yang pendek, hanya bisa menggapai puncak yang pendek. Tangga yang tinggi, akan sepadan untuk menggapai puncak yang tinggi. Begitulah hukum yang mesti kita jalankan. Melawan hukum dengan sengaja, hanya membuat kita sia-sia. Tak mau membuat tangga yang tinggi, maka jangan berharap menggapai puncak yang tinggi. Puncak yang indah itu.

Namun, tangga itu kadang bisa rusak. Jalan menempuh cita belum tentu semulus yang kita kira. Jika kita lupa dan abai pada tangga itu, bisa jadi kita akan tergelincir jatuh karena ada anak tangga kita yang lepas, karena tua atau sudah rapuh. Kita ingin meraih cita yang tinggi dan mewah tapi hanya dengan cara lama, ide usang. Jelas, amat susah untuk menggapainya. Bahkan, kita mungkin hanya bisa tersenyum kecut menyaksikan orang lain yang telah merebut diam-diam impian kita.

Tangga mimpi। Inilah yang harus kita miliki untuk meraih cita dan harapan. Dengan tangga inilah kita benar-benar berusaha mewujudkannya, bukan dengan pikiran hampa, tangan kosong dan seribu alasan kemalasan. Jangan pernah sekalipun membangun cita dan harapan tanpa tangga mimpi, karena hanya akan memberikan kekecewaan pada akhirnya. Tangga mimpi, adalah jalan menuju puncak. Puncak keindahan, senyuman sekaligus kebahagiaan. Sekarang, sampai sejauh manakah engkau lewati tangga mimpi itu?.
Taken from:www.penulislepas.com